metode kajian sastra
Membaca sebuah karya sastra, dalam hal ini cerita fiksi, pada hakikatnya merupakan kegiatan apresiasi sastra secara langsung. Maksudnya adalah kegiatan memahami karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan kritis yang baik terhadap karya sastra tersebut ( Aminudin, 19953 : 35 )
Sastra, atau kesusastraan, menurut Swingewood (dalam Faruk, 1994:39), merupakan suatu rekonstruksi dunia dilihat dari sudut pandang tertentu yang kemudian dimunculkan dalam produksi fiksional. Sastra merupakan ekspresi pengarang yang bersifat estetis, imajinatif, dan integratif dengan menggunakan medium bahasa untuk menyampaikan amanat tertentu.
Berkaitan dengan dunia sastra, mereka yang mengkaji sastra juga membutuhkan metode- metode khusus yang diharapkan dapat lebih memahami dam menguasai objek kajiannya (karya sastra) secara ilmiah.. kali ini saya akan menganalisis sebuah cerpen berbahasa Indonesia dengan judul :
perihal orang miskin yang bahagia
karya Agus Noor
yang saya baca pada laman berikut ini :
pada kali ini fokus saya hanya pada pendekatan kajian sastra apa yang digunakan oleh si pengarang. Dalam cerpen ini pengarang menggunakan pendekatan mimetik. yang mana pendekatan mimetik menghubungkan karya sastra dengan realitas, maka kemudian muncul anggapan bahwa karya merupakan cerminan dari realitas, sehingga hakikat karya sastra yang bersifat fiktif sering kali dilupakan. Hal ini sangat berbeda dengan makna karya sastra yang merupakan hasil karangan fiktif pengarang.
Cerita pendek “Perihal Orang Miskin yang Bahagia”
menceritakan tentang sebuah kondisi masyarakat yang terpuruk dalam kemiskinan.
Pengarang ingin menceritakan kondisi seorang yang miskin tetapi dia merasa
bahagia karena status kemiskinannya telah diakui oleh pemerintah. Kritik sosial yang ingin ditampilkan
pengarang dalam cerita ini adalah pemerintah mengakui bahwa masyarakat di
negaranya masih banyak mengalami kondisi kemiskinan. Selain itu muncul sebuah
anggapan bahwa untuk menjadi miskin di republik ini, tidak cukup hanya dengan
sekedar pakaian kumal, gubug reyot, perut yang senantiasa kelaparan. Tapi dibutuhkan pula selembar keterangan atau
identitas yang menyatakan bahwa dia benar-benar miskin, yang dikeluarkan oleh
kepala desa atau kepala kelurahan.
Keadaan tersebut masih sangat relevan dengan kondisi
di Negara ini sekarang, banyak sekali orang yang kurang mampu yang masih banyak
membutuhkan tenaga kerja. Mereka dibekali
kartu tanda miskin untuk mengesahkan kemiskinan mereka, padahal yang
mereka butuhkan adalah pekerjaan, bukan kartu yang tiada gunanya.
sumber :
Komentar
Posting Komentar